Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bagaimana Seharusnya Jadi Pemimpin

 

Kita melihat banyak orang yang dalam hidupnya mencapai kedudukan atau pangkat tertinggi. Dan kita bertanya, cara apa yang mereka gunakan untuk sampai kedudukan-kedudukan termaksud? Apakah mereke itu memang dalam sesuatu hal lebih pintar dari orang-orang lain? Apakah mereka memiliki suatu sifat atau mutu tertentu, yang tidak dimiliki oleh orang lain? Atau mereka lebih beruntung dari orang-orang lain? Atau apakah mereka itu mengetahui suatu cara, suatu teknik untuk hidup terus maju?

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sering kali timbul dikalangan orang-orang muda yang terpelajar dan penuh enersi. Dan kepada kita pun pertanyaan-pertanyaan semacam tersebut sering diajukan. Juga sering mendengar ucapan-ucapan seperti: "Kalau aku dibandingkan dengan orang-orang yang berhasil mencapai kedudukan tinggi itu, maka aku tahu dan aku merasa, bahwa kecakapanku tidak dibawah kecakapan mereka. Hanya saja nasibku tidak sebaik nasib mereka, dan mengenai ini tidak dapat berbuat apa-apa. Atau.......adakah sesuatu yang dapat kulakukan?"

Perjuangan untuk mencapai taraf kepemimpinan itu berat, tetapi perjuangannya itu sendiri sudah memberikan kepuasan, karena itu "iseng" saja tidak termasuk didalamnya. Sebagaimana telah dikatakan, perjuangan ini sangat berat dengan segala rintangan dan pukulan yang kadang-kadang sangat menyakitkan. Kalau kedudukan kepemimpinan ini telah dicapai, maka kedudukan ini bukan merupakan kedudukan yang dikelilingi benteng perlindungan, sebaliknya, orang yang mulai memegang tampuk pimpinan akan masih sering menghadapi badai dan topan.

Kehidupan seorang pemimpin selalu gerak dan tidak tenang. Memang tidak salah kita memilih kehidupan yang lebih tenang, tapi kiranya merupakan ancaman yang serius terhadap kebahagiaan hidup seseorang, bila orang itu berada dalam dua keinginan, kadang-kadang menghendaki posisi kepemimpinan, tetapi dalam waktu bersamaan menginginkan suatu kehidupan yang tenang.

Setiap proses akan membikin anda lebih kuat. Kalau pada permulaan terasa berat, maka maka setelah beberapa waktu berselang, proses itu terasa ringan. Hal ini terus barlangsung dengan tidak terasa. Kalau sesorang berkembang menuju ke taraf kepemimpinan, terkadang membikin kagum kepada teman-teman selingkungannya, sehingga sering mengatakan: "Tidak sangka, bahwa ia memiliki sesuatu yang hebat". Lebih-lebih bila orang yang dimaksud itu, pada mulanya selalu mengalami segala kegagalan dan yang harus belajar dari pengalaman kehidupannya.

Memang hal tersebut di luar dugaan, karena pada umumnya orang mengira bahwa orang yang sampai kini selalu gagal, maka orang itu tidak akan pernah sukses dalam hidupnya. Padahal fakta menunjukan bahwa hampir semua manusia yang berhasil sebelumnya harus bergelut dengan segala kesukaran dan kegagalan.

Tuntutan pertama yang harus dipenuhi seorang pemimpin ialah cepat mengambil keputusan. Pemimpin yang sejati, yang mempertimbangkan dulu sebelum keputusan diambil, mempunyai tujuan tertentu dan tujuannya itu hanya satu yaitu mengumpulkan dahulu data-data atau bahan-bahan. Ia ingin memiliki dasar dasar yang lebih kuat untuk keputusannya yang berupa angka-angka atau informasi-informasi. Ia mempertimbangkannya lagi bukan di dalam kepala, tetapi ia meneliti fakta-fakta yang kongkret. Seorang pemimpin seperti halnya seorang wasit dalam pertandingan sepak bola, yaitu mangambil keputusan secara cepat dan tepat.

Dalam organisasi yang didirikan secara otokratis, maka bawahan atau pengikut dari seorang pemimpin, tidak lain hanya pengikut-pengikut yang pasif. Tetapi di dalam organisasi yang didirikan secara demokratis, para pengikutnya akan merupakan kaki tangan yang aktif. Dengan perbedaan inilah, pemimpin yang otokratis berdiri lebih lama dari pada yang demokratis, sekalipun nampaknya diluar pemimpin otokratis itu seperti lebih hebat. Tetapi yang paling lemah tentunya pemimpin itu sendiri, yakni pemimpin yang sama sekali tidak berani menjadi pemimpin.

Memimpin bukan berarti menguasai. Bukan pula nuntut agar para pengikutnya taat secara membabi buta, tetapi pemimpin berarti membawa para pengikutnya bekerja ke arah yang sama dengan sepenuh tenaga. Ada waktu untuk berbicara dan ada waktu untuk berbuat.

Sekali lagi, sebagai seorang pemimpin anda tidak sepatutnya menunggu sampai anda diserang. Anda sendiri yang harus menyerang. Sementara itu anda harus sudah siap dengan rencana-rencana lain untuk mengadakan serangan berikutnya. Apakah anda kalah atau menang setelah suatu pertempuran dilakukan dan diputuskan, dan semua pembantu anda akan berdiri dibelakang anda. Mereka akan lebih dari pembantu, mereka akan menjadi pengekor yang setia. Dan dengan itulah anda akan mencapai kemenangan oleh orang-orang yang tak mungkin di capainya.

Untuk generasi muda, yang mempersiapkan diri untuk kepemimpinan masa depannya adalah cerah. Karena makin lama makin terasa kebutuhan pemimpin-pemimpin, bukan saja untuk pucuk pimpinan, tetapi justru untuk seluruh bagian-bagian dalam organisasi maupun perusahaan. Keadaan tidak lagi seperti masa dahulu, ketika anak-anak muda yang cakap dan patut untuk diangkat pemimpin masih harus menunggu sampai atasannya berhenti dengan pensiun atau mati.

Pemimpin masa yang akan datang selama ia masih diperjalanan untuk menjadi pemimpin tidak akan mungkin mempertahankan kedudukannya selama ia masih menonjolkan perasaan dirinya bahwa ia orang yang sangat penting dan hebat. Karena kewibawaannya harus ia pinjam dari kecakapan memimpin, dan bukan meminjam dari kepangkatannya.

Kontributor : Achmad Sujoko

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Orang yang selalu benar adalah orang yang tidak melakukan apa-apa. Tapi orang yang tidak melakukan apa-apa adalah orang yang melakukan kesalahan yang besar.

    Tetap semangat menuju Jurnaliska Emas!

    BalasHapus