Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tertusuk Hewan Aneh, Liburan di Pulau yang Indah Berujung Petaka

Cerita ini diambil dari kisah nyata penulis karena efek dari kegabutan yang melanda jiwanya. Judul tulisan ini memang sengaja didramatisir agar bisa menarik pembaca. Sungguh jujurnya penulis yang satu ini.

Kisah ini dimulai saat musim libur lebaran tiba. Sekelompok pemuda yang ingin melepaskan diri dari belenggu hiruk-pikuk tugas dan skripsi kuliah berlibur di sebuah pulau tak berpenghuni. Perjalanan ke pulau berlangsung biasa saja, hingga kapal yang kami tumpangi bersandar di sebuah pulau yang sangat indah nan memukau. Pulau tersebut adalah Pulau Gede Rembang yang terletak di Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Sore itu cuaca nampak begitu cerah. Pasir putih, air laut yang biru dan ombak yang tenang ditemani sinar matahari yang hendak kembali ke peraduannya nampak memanggilku untuk menari dan menyelami lautan. Tapi apa daya, teman-temanku yang berlagak rajin justru memilih mendirikan tenda terlebih dahulu, dan menghiraukan waktu emas untuk berenang ria. Akhirnya, kuputuskan untuk pura-pura rajin membantu mereka mendirikan tenda-tenda tua yang kami bawa.

Malam telah tiba. Tidak ada aktifitas yang begitu menggairahkan selain membuli teman, membakar jagung yang asin dan bermain kartu remi. Ku coba untuk memejamkan mata untuk menyimpan sedikit tenaga sebagai bekal besok bersenang ria. Tetapi, seolah-olah pikiran ini berlari-larian membayangkan kesenangan besok yang akan terjadi. Malam itu waktu kami habiskan untuk bermain kartu. Tak terhitung berapa kali kami bermain kartu, mungkin puluhan bisa jadi sampai ratusan karena kami tak tidur malam itu. Bahkan, salah satu teman perempuan kami yang awalnya tidak bisa bermain kartu bertransformasi menjadi ratu poker dalam semalam.

Jam demi jam berlalu, mentari pagi mulai menampakkan diri. Mata memerah yang hanya terpejam beberapa menit ini kembali terbuka lebar. Diri ini rasanya sudah siap untuk mengguncang seisi pulau. Nampak teman-temanku yang juga bergadang mulai keluar dari sarangnya dan menghampiri pantai yang sudah menanti untuk dicicipi keindahannya.

Larilah aku dengan semangat sambil membawa lazy bag yang sudah ku isi angin sebagai pelampung untuk berenang. Ku lihat teman-temanku enggan untuk menceburkan diri ke laut. Mereka lebih asyik mengabadikan ketampanan dan kecantikannya dengan berfoto ria. Ku tapaki batuan karang yang tersingkap karena surutnya air laut. Mulai aku ceburkan badanku bersama lazy bag yang sudah aku bawa sedari tadi. "Byuurrr....." Hati terasa begitu riang gembira. Teman-temanku hanya memandangi dari tepian pantai, nampaknya mereka begitu jaim dan enggan untuk menikmati kesenangan yang sesungguhnya.

Sudah sekitar 15 meter aku berenang dari tepi pantai. Awalnya semua baik-baik saja. Saat mulai kunaikkan tubuhku ke atas lazy bag yang aku jadikan pelampung, lazy bag itupun terbalik dan membuatku terpental jatuh ke dalam air yang berkedalaman 1 meter.

Dalam posisi menghadap ke atas, tiba-tiba punggung dan tangan terasa seperti tertusuk jarum. Saat mulai berdiri kulihat duri hitam sudah menancap di lengan atasku. Belasan duri hitam rasanya juga menancap pada bagian punggung. Saat ku lihat sekeliling tempatku berdiri, terlihat sekumpulan bulu babi yang begitu banyak.

Perasaanku mulai cemas. Bukan karena rasa sakit yang ku khawatirkan, akan tetapi aku pernah baca kalau bulu babi itu beracun. Mulai kulangkahkan kaki ke daratan dan menghampiri teman-temanku. Ku tanya mereka yang pernah terkena bulu babi, bagaimana cara mengatasinya. Salah satu dari mereka menjawab agar menempelkan kaca panas ke area yang terkena bulu babi. 

Ku coba tenangkan diri dan menuju ke tenda camping untuk bertanya kepada ahlinya ahli yaitu mbah Google. Ku cari-cari artikel untuk mengatasi bencana ini. Saat ku baca ternyata solusinya adalah diolesi air kencing. Rasanya cara ini tidak mungkin aku lakukan. Cara yang lain yaitu dengan membawanya ke klinik. Rasanya malas juga untuk melakukan cara ini. Kuputuskan untuk menggunakan cara yang disarankan temanku yaitu menempelkan kaca panas. Setelah beberapa menit kucoba ternyata tidak berhasil juga. Bekas tusukan bulu babi tetap menghitam dan bulu babi yang tersisa tidak mau keluar. Akhirnya aku pasrah saja sambil berharap efeknya tidak terlalu berat.

Minggu ke minggu terus berlalu, nampak bekas tusukan bulu babi ama-aman saja. Tapi setelah berselang satu bulan, bekas tusukan bulu babi mulai nampak memerah. Dari hari ke hari terus melebar. Terkadang muncul rasa gatal tapi tidak terlalu parah. 

Tapi ah sudahlah, aku tidak terlalu memperdulikannya dan tidak kuberi obat apapun. Pikirku nanti juga akan sembuh dengan sendirinya.

Kontributor : Asnal Masyawi

Posting Komentar

0 Komentar