Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rahasia Menjadi Mahasiswa Ideal : Sukses Jadi Santri, Akademis, dan Aktivis


M. Irvan Nafis Fuadi, mahasiswa Hukum
Keluarga Islam(HKI) Sekolah Tinggi Agama
Islam Al-Kamal (STAIKA) Sarang yang juga aktif dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Demisioner ketua komisariat Al-Kamal, dan tercatat sebagai santri di PP Ma'hadul Ilmi Asy Syar'ie (MIS) membagikan tips sukses menjadi aktivis kampus dan meraih prestasi akademik sekaligus optimal memenej waktu jadi santri. Pasalnya, tak hanya beraktivitas di PMII, pria kelahiran Cepu (Blora) ini juga aktif sebagai siswa di Madrasah Ghozaliyyah Syafi'iyah (MGS).

Di tengah kesibukannya menjadi seorang mahasiswa HKI di STAIKA Sarang, Pria yang lahir 10 Oktober 1997 ini juga pernah menjabat sebagai anggota Dema dan Sema STAIKA. Tak hanya itu, nafis juga piawai dalam mengkaji kitab kuning dan  buku tentang pemikiran filsafat, politik, wawasan umum lainya.

Kemampuan dan bakatnya itu diperoleh ketika ia masuk dalam organisasi PMII dan Pondok Pesantrenya. Hebatnya, di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa hukum, menjadi santri, dan aktif di organisasi, prestasi akademiknya juga tak pernah mengecewakan. Rata-rata IPK yang diperoleh pria berumur 23 tahun ini, adalah 3,57. Seakan tak cukup dengan prestasi yang diterima, nafis juga kerap mendapat julukan sang pakarnya Musyawaroh dan Bahtsul Masaail. 

Menjadi mahasiswa hukum, Santri dan menjadi aktivis PMII, tentu bukan menjadi pilihan yang mudah bagi mahasiswa. Pasalnya, mahasiswa hukum pasti akan dibenturkan dengan tugas dan jadwal perkuliahan yang padat serta ditambah dengan tugas akhirnya.

"Kita harus mampu melakukan manajemen waktu antara kegiatan organisasi dengan kegiatan kuliah, serta kegiatan di pondok sehingga semua bisa berjalan beriringan tanpa perlu berbenturan. Yang paling penting sih, kegiatan yang lebih penting seperti kuliah dan pondok harus selalu didahulukan," ujarnya memberikan tips singkat bagaimana mahasiswa dengan jurusan yang cukup padat sepertinya masih mampu untuk tetap berorganisasi.

Menurut Nafis, jadwal perkuliahan, jadwal pondok dan organasisasi penting untuk disusun dengan baik sehingga tidak ada ceritanya kuliah bisa terbengkalai karena urusan organisasi.

 " Kita harus pintar-pintar mencuri waktu senggang di perkuliahan, juga pondok misal ketika ada acara di organisasi, diusahakan untuk bisa hadir setelah perkuliahan dan sebisa mungkin mengatur jadwal kegiatan organisasi setelah perkuliahan dan juga menyesuaikan waktu luang di pondok. Pokoknya jangan sampai terbengkalai kuliahnya. Karena kuliah itu tanggung jawab kita kepada orang tua," jelasnya.

Nafis menyadari bahwa kuliah dan mondok merupakan tanggung jawab seorang anak kepada orang tua sekaligus tonggak masa depan. Orang tua, menurut Nafis telah melakukan apa saja untuk membiayai kuliah dan mondok anaknya agar dapat lulus dengan sukses dan bermanfaat ilmunya, sehingga tidak boleh diabaikan.

Menjadi mahasiswa akademis adalah sebuah tanggung jawab, menjadi santri juga sebuah amanah dari orang tua sedangkan menjadi aktivis adalah sebuah kewajiban," ujar pria yang hari ini menyusun skripsi S1 HKI ini.

Pria yang beralamat di Kampung Sumber RT 001/ Raw 002, Kecamatan Keradenan, Kabupaten Blora, ini menilai PMII merupakan sebuah organisasi yang komplit dan bisa mewadahi semua minat dan bakat setiap kadernya. Dimana di PMII ia banyak diajarkan antara teori dan aksi nyata.

Jadi tidak serta merta hanya teori saja tanpa adanya tindakan. Tetapi di PMII ini diajarkan antara teori dan aksi nyata dalam melakukan sesuatu. Berproses di PMII sungguh pengalaman yang sangat asyik dan juga menghasilkan alumni yang berkualitas. Terbukti hingga kini, organisasi PMII mampu mencetak kader yang hebat-hebat sebagai pemimpin generasi bangsa dan agama," paparnya.

PMII menurut Nafis, selain mempunyai ideologi keislaman yang berhaluan Islam ahlussunah wal jamaah, juga bersifat nasionalis. Karena itu, ia merasakan ada perubahan dalam sikap diri dan sifat kepemimpinan. Ia juga jadi lebih bertanggungjawab dan dapat meningkatkan kemampuan public speaking.

 "Semoga apa yang sudah didapat dalam berorganisasi bisa diterapkan dan bermanfaat untuk orang lain, juga tidak pernah PMII di komisariat Al-Kamal mengajarkan lemah dalam Akademis, ketika ada yang bilang lemah dalam Akademis itu hanya oknum dari kader PMII," pesanya.

Penulis: Habibur Rohman

Editor: M S Qidmaya

Posting Komentar

0 Komentar