Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Majnun (Si Gila)

“Majnun (Si Gila)”


Namaku rizki, aku hanyalah seorang pemuda biasa yang hidup dengan serba sederhana. Tapi aku bersyukur sebab aku dikaruniani seorang istri yang baik yang senantiasa menghibur hatiku. Kehadirannya dalam hidupku membuatku sangat-sangat bahagia, senyumnya yang manis menjadi penyejuk hari-hariku. Aku berjanji padanya kalau aku akan senantiasa membuatnya selalu tersenyum dan bahagia dalam hidupnya. Aku juga berjanji kalau aku akan selalu melindunginya.

Pagi hari ketika aku sedang berduaan dengan istriku di ayunan taman kota, tiba-tiba ada seorang pria datang yang tak ku kenal mencoba mendekatiku dan istriku diayunan, kemudian pria itu mendekat disebelah istriku sambil memegang penyangga ayunan dekat istriku lalu dia memerhatikan istriku dengan jarak yang sangat dekat sekali. Tentu saja aku tak suka melihat pemandangan seperti ini.

“Hei, kanapa kamu liat-liat istriku? Lagi liburan sama istri malah kamu ganggu. Pergi nggak kamu! Cepat pergi! Ganggu orang saja.” Tegur rizki dengan nada tinggi.

“Iya bang. Maaf.”

Tak akan aku biarkan seorangpun menyakiti dan melukai istriku. Jika aku melihat istriku ngambek, cemberut, pasti aku akan senantiasa berusaha untuk membuat dia tersenyum kembali entah bagaimanapun caranya.

Pukul 20.00 wib aku mengajaknya makan malam disalah satu warung makan sederhana kesukaannya.

‘Mas, pesan mas!”

“Iya, mau pesan apa, mas?” jawab pelayan.

“Em.. pesan Nasi Goreng Special dua, minumnya es teh dua.”

(Si pelayan agak bingung dengan salah satu pelanggan satu ini.)

“Nasi  Goreng Spesial dua, es teh dua? Buat dua orang mas?’

“Iya lah, kalau aku pesan satu ya buat satu orang, kalau pesan dua ya dua orang, nggak liat apa aku sama istriku?”

Si pelayan kaget mendengarkan apa yang di katakannya.

“iya mas. Maaf ya mas.” Jawab pelayan dengan cepat.

***

“Mas, kita ke rumah kak reza yuk! Aku kangen sama kakak mas.”

“Iya, ayok, dek.”

Pagi ini istriku meminta untuk ke rumah kakaknya. Aku langsung mengiyakan permintaannya itu. Apapun yang ia minta walaupun harus berkorban meneteskan darah aku tetap akan melakukan untuk istriku tercinta.

“Assalamu’alaikum, mas.”

“Wa’alaikumsalam. Kamu ngapain datang kesini?”

Rizki melihat ketika istrinya mengulurkan tangan sebagai tanda sungkem dengan kakaknya ternyata sang kakak enggan melakukannya.

“Kak, kalau emang kak reza marah, marah sama aku aja kak. Kenapa sih kak? Sampai di ajak salaman sama adeknya sendiri nggak mau.” Ucap rizki dengan nada tinggi.

Terlihat muram wajah sang kakak ketika rizki berkata seperti itu. Tanpa banyak bicara, ia langsung menarik tangan rizki mengjaknya keluar dari rumah.

“Ayok, ikut aku!” sambil menarik tangan rizki.

“Kemana kak? Kak, kita kemana?” jawab rizki ketika reza terus menarik tangannya mengajak keluar rumah.

Ketika menuruni tangga rizki menoleh kebelakang melihat istrinya itu tidak mengejarnya. Dia hanya mengabaikan, melihat ketika suaminya dipaksa ditarik kakaknya untuk keluar rumah.

“Sayang.. sayang..” Kata rizki ketika melihat istrinya hanya diam saat ia diajak keluar oleh kakaknhya.

Rizki terus ditarik-tarik tangannya oleh reza, dengan wajah memerah, mata mulai berkaca-kaca ketika menarik adiknya itu. Ia terus menarik sampai akhirnya berada di salah satu tempat yaitu pekuburan.

Rizki menggaruk-garuk kepala dengan kedua tangannya. Ia terlihat bingung, sedih, matanya mulai berkaca-kaca ketika sampai di pekuburan. Rizki menolah-noleh ke kiri, kanan, dan belakang. Dalam hati kecilnya rizki berkata “kenapa kakak mengajakku ke tempat ini?”

“Asal kau tau ya riz, kalau adikku winda, isterimu itu sudah meninggal.” Hardik kakak dengan nada tinggi.

“Kau lihat ini! Lihat!” lanjut kakak sambil jari telunjuknya menunjukkan batu nisan yang bertulis nama Winda Tari Wafat 12-08-2017.

“Kau lihat kan riz! Adikku sudah meninggal dua bulan yang lalu. Tapi, kenapa kau masih saja tidak menerima kenyataan ini. Kenapa kau tidak menerima takdir ini riz!”

Kini keduanya mulai meneteskan air mata. Ternyata orang yang selama ini sangat di cintai oleh rizki sudah meninggal. Ia tak sadar saat kesehariannya berjalan-jalan ditaman seperti orang gila yang sedang berbicara sendiri. Saat makan di warung memesan dua porsi padahal ia sendirian. Kalau ditanya pelayan ia menjawab kalau di depannya ada orang.

Dimata orang-orang rizki sudah terkenal sebagai orang yang gila karna cinta. Melihat keadaan rizki semakin hari semakin parah, reza sebagai kakak ipar selalu mengikutinya dari belakang saat kemanapun. Terkadang sang kakak juga menyuruh salah satu orang untuk mendekati rizki saat terlihat berbicara sendiri seperti yang sering dilakukannya ditaman ataupun di warung makan.

Reza merasa kasihan melihat adik iparnya yang setiap hari bertingkah seperti itu. Dan mungkin ini adalah salah satu saat yang tepat untuk menyadarkannya kalau istri yang ia cintai atau adiknya itu sudah meninggal.

“Sudah, kak. Diam! tidak. Tidak mungkin, winda masih hidup. Tidak.. apapun yang kau katakan, aku tidak peduli. Tidak..”

Rizki berlari dengan penuh air mata meninggalkan pekuburan setelah ditunjukkan batu nisan yang bertulis Winda Tari. Sampai di depan jalan raya masih berlari dan tiba-tiba ia menyebrang tidak memerhatikan sekelilingnya, dari arah kanan ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.

“tiiiinnn…” suara klakson mobil

“Bug”

Rizki tergeletak dijalan raya, kepalanya penuh dengan darah. Sisa-sisa nafas terakhirnya tiba-tiba ia teringat  bahwa istri yang ia cintai yaitu winda tari juga mengalami hal yang sama sampai akhirnya meninggal.

Malam itu mereka berdua selesai makan malam di tempat favoritnya.

“sayang, enak banget ya masakannya.” Kata winda

“iya, mau lagi? Besok aku beliin sepuluh lagi deh.” Jawab rizki

“beneran sayang? Janji ya!”

“iya sayang, janji.”

“yee..”

“oh iya, hp ku tertinggal tadi disana di atas meja, bentar ya sayang aku ambil dulu.” Lanjut winda.

“ya, sayang. Jangan lama-lama ya!”

Winda mengambil hpnya sendirian dengan perasaan gugup dan lari-lari kecil sampai dijalan raya. Saat menyebrang ia lupa tak melihat kanan kirinya apakah sudah sepi atau ramai. Dari arah kanan ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Dia menjerit. “Aaaaaa…” mendengar jeritan, rizki langsung berlari menghampiri dari mana asal jeritan itu sampai akhirnya tepat berada di depannya kalau winda telah mati tertabrak mobil. Seketika itu airmata rizki bercucuran sangat deras.

Kini rizki menutup usia menyusul kekasihnya. Cinta itu memang tidak bias dipadu dengan akal, kalau cinta dipadu dengan akal akan terbakar walau seribu akalmu. Kehilangan orang yang yang tersayang adalah satu perkara yang menyakitkan namun janganlah kesedihan itu akhirnya memakan diri kita sendiri.

 

Rembang, 19 juni 2020


 

Muhammad Bahauddin Haidar, Pria kelahiran Rembang 18 oktober 1999 ini adalah salah satu Santri Sarang, Rembang. Dari hampir sepuluh ribu santri dipesantren tempatnya belajar, ia pernah menjadi buronan utama keamanan akibat terlalu sering kabur menunaikan ibadah ngopi disembarang waktu. Penulis saat ini sedang  menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Kamal Sarang.


Posting Komentar

0 Komentar